Langsung ke konten utama

PEMBELAJARAN YANG MENDIDIK DAN TINDAKAN REFLEKTIF

 Rabu, 19.34


Pembelajaran yang mendidik  dan Tindakan Reflektif untuk Peningkatan Kualitas Pembelajaran

    Paradigma pembelajaran yang mendidik yaitu pembelajaran yang membuahkan bukan saja dasar-dasar penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, melainkan juga sekaligus menumbuhkan karakter yang kuat serta penguasaan kecakapan hidup (soft skills), sehingga tampil sebagai manusia yang penuh kasih terhadap sesama (compassion) serta menjunjung tinggi etika di samping trengginas dalam bekerja (Raka Joni, 2006). Hanya gurulah yang dalam tugas kesehariannya mampu melaksanakan pembelajaran yang mendidik tersebut, dan yang layak dihargai oleh masyarakat dan pemerintah.

Untuk menunaikan tugasnya guru yang profesional memiliki kompetensi akademik yang meliputi kemampuan (Raka Joni, 2006):

Mengenal peserta didik secara mendalam serta memiliki visi yang jelas tentang lintasan perkembangannya (developmental trajectory) dalam peta tujuan utuh pendidikan.

Menguasai bidang studi dari sisi keilmuan dan kependidikan.

Menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik meliputi; perancangan, implementasi, penilaian proses dan hasil pembelajaran, dan pemanfaatan hasil penilaian untuk melakukan perbaikan secara sistematis dan berkelanjutan, sehingga dapat memfasilitas perkembangan karakter, soft skills dan pembentukan hard skills.

Mengembangkan profesionalitas secara berkelanjutan.

Kajian tentang pembelajaran yang mendidik diawali dengan mengidentifikasi sub-sub kompetensi yang terkandung dalam empat kompetensi guru sebagaimana tertuang di dalam UU nomor 14 tahun 2005 meliputi:

Kompetensi pedagogik, dimaknai sebagai kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik. Kompetensi pedagogik meliputi pemahaman pada peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan potensi peserta didik.

Kompetensi kepribadian, dimaknai sebagai kemampuan kepribadian. Kompetensi kepribadian ini dirinci meliputi kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, berwibawa, berakhlak mulia, dan dapat menjadi teladan.

Kompetensi sosial, bertolak dari asumsi bahwa pendidik adalah bagian dari masyarakat, sehingga layak dituntut memiliki kemampuan untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar.

Kompetensi profesional, sebagai regulasi yang membingkai kebijakan sertifikasi guru ditampilkan setara dengan ketiga kompetensi lainnya, yaitu kompetensi profesional yang dimaknai sebagai kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkannya untuk membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam standar nasional pendidikan.

    Jika dicermati, di antara empat kompetensi guru di atas agaknya sulit untuk dipilah- pilahkan. Kompetensi pedagogik tidak akan terwujud jika tidak terkait dengan penguasaan materi pembelajaran baik yang menyangkut perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, serta pengembangan potensi peserta didik maupun dengan pemahaman peserta didik, khususnya yang menyangkut perbedaan individual dalam kapasitas dan gaya belajarnya, bahkan juga dengan kemampuan khas ketika berkomunikasi dengan peserta didik dalam interaksi pembelajaran yang dipandu oleh wawasan kependidikan sebagai rujukan kearifan profesional pandidik. Dengan kata lain, antara penguasaan pedagogik dengan penguasaan bidang studi tidak dapat dipisahkan.

    Kompetensi sosial sebagai kemampuan guru untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar, tidak serta merta secara khusus berbicara tentang komunikasi yang khas yang terjadi dalam interaksi pembelajaran. Bentuk komunikasi dan bahasa yang digunakan akan berbeda ketika guru berkomunikasi dengan sesamapendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar, dengan ketika guru berkomunikasi dengan peserta didik di dalam seting pembelajaran.

    Bahasa yang digunakan guru dalam transaksi pembelajaran dibangun secara siklikal (Tim Khusus PGSD, 2007) mulai dari penyiapan situasi, upaya agar peserta didik merespon baik pertanyaan maupun tugas yang diberikan oleh guru, merespon peserta didik dan memberi tanggapan balik baik secara individu maupun kelompok berupa penguatan, koreksi atau remidiasi, dan tindak lanjut yang mengarah pada peningkatan kualitas belajar peserta didik. Ragam bahasa yang digunakan dalam pembelajaran tidak sebatas bahasa verbal lisan atau tertulis, tetapi juga bahasa isyarat seperti anggukan kepala, acungan jempol, juga bagaimana guru memposisikan dirinya di antara peserta didik sebagai strategi penting dalam pengelolaan kelas.

    Pembelajaran adalah suatu layanan ahli, karena terapannya harus selalu dilandasi oleh suatu keahlian. Mulai dari persiapannya, program pembelajaran disusun mengarah pada pencapaian tujuan utuh pendidikan, kesiapan belajar peserta didik, serta dukungan logistik yang tersedia. Sedangkan dalam implementasinya guru perlu melakukan penyesuaian-penyesuaian sambil jalan, karena peserta didik akan mereaksi secara unik terhadap setiap tindakan guru. Ini berarti bahwa dalam pelaksanaan tugasnya guru harus selalu waspada memperhitungkan berbagai kemungkinan dampak jangka panjang dari keputusan serta tindakanya demi tercapainya tujuan utuh pendidikan.


Refleksi Pembelajaran: Tujuan, Manfaat dan Contohnya

Dalam kegiatan belajar mengajar, pasti sudah tidak asing lagi dengan istilah "refleksi pembelajaran". Ya, pasalnya refleksi pembelajaran merupakan salah satu kegiatan pembelajaran dimana siswa memberikan umpan balik kepada guru dan terhadap kegiatan pembelajaran yang sudah dilakukan. Refleksi pembelajaran bisa dilakukan dalam bentuk penilaian tertulis dan lisan yang dilakukan oleh siswa untuk guru dan guru untuk siswa, guna mengekspresikan kesan konstruktif, harapan, serta kritik terhadap proses pembelajaran.

Melalui kegiatan refleksi pembelajaran, diperoleh lah informasi positif dan negatif mengenai kegiatan pembelajaran yang sudah dilakukan, serta bagaimana guru bisa meningkatkan kualitas pembelajaran tersebut. Hasil refleksi pembelajaran juga bisa dijadikan sebagai bahan observasi untuk mengetahui sampai mana pencapaian kegiatan pembelajaran dan bisa memberikan kepuasan bagi siswa.

Refleksi pembelajaran dilakukan oleh guru dan siswa sehingga guru dan siswa juga bisa merasakan manfaat aktivitas ini. Bagi guru refleksi pembelajaran berguna untuk meninjau sebuah kelompok atau kelas untuk menggambarkan situasi atau kondisi dari sebuah kelas, serta guru bisa mengetahui potensi setiap individu dan siswa-siswi di kelas tersebut. Dengan begitu, guru dapat meningkatkan kegiatan evaluasi berlanjut dan berjenjang.

Sedangkan manfaat refleksi pembelajaran bagi siswa yaitu untuk menyalurkan ungkapan proses pembelajaran yang sudah dilakukan, apakah sudah baik atau masih kurang. Hal ini dapat melatih kepercayaan diri siswa untuk mengungkapkan pendapat, serta memperbaiki kegiatan belajar sesuai dengan minat dan metode yang mereka inginkan.

Untuk mengetahui lebih lanjut, berikut ini merupakan informasi seputar tujuan, manfaat dan contoh refleksi pembelajaran.

Tujuan Refleksi Pembelajaran

Berikut ini merupakan beberapa tujuan dilakukannya refleksi pembelajaran, yaitu:

1.     Mengetahui minat para siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran secara nyata.

2.   Melakukan pengukuran penerapan model, metode, strategi, dan teknik pembelajaran terhadap tingkat keberhasilan yang telah dilakukan oleh guru.

3.     Mengidentifikasi dan mengevaluasi apa yang guru telah lakukan dalam penyampaian materi dan penguasaan kelas

4.  Mengetahui kebutuhan dan keinginan siswa sehingga guru dapat memperbaiki rancangan pembelajaran yang lebih baik untuk pembelajaran berikut-berikutnya.

5.     Memahami respon siswa dalam belajar dan penyampaian materi.

6.     Supaya guru bisa memahami kelemahan atau kekurangan dari sebuah pembelajaran supaya lebih baik untuk guru dan juga murid.

7.  Memahami akurasi sebuah model, metode, strategi, dan teknik pembelajaran yang telah diimplementasikan supaya bisa terus dievaluasi.

8.  Guru bisa membuat kegiatan belajar mengajar yang lebih efektif dalam pembelajaran di kemudian hari.

Manfaat Refleksi Pembelajaran

Refleksi pembelajaran Memberikan manfaat bagi guru maupun siswa. Berikut manfaatnya:

Manfaat bagi guru:

·        Aktivitas refleksi berguna sebagai peninjauan pada kelas atau sebuah kelompok.

·       Berguna untuk menggambarkan situasi dan kondisi dari sebuah kelas, apa yang terjadi pada siswa dan masalah yang mereka temui.

·        Bisa memaksimalkan dan lebih menonjolkan potensi setiap siswa/individu dan sebuah grup.

·        Untuk meningkatkan kegiatan evaluasi terhadap kinerja guru yang berlanjut dan berjenjang.

·        Wadah untuk menjalin komunikasi positif yang bersifat membangun antara siswa dan guru.

·   Guru dapat memetakan siswa sesuai karakter dan daya tangkap mereka yang akan nantinya memudahkan dalam pembagian kelompok, pemberian materi, dan evaluasi belajar.

Manfaat bagi siswa:

·        Berguna menyalurkan aspirasi siswa dari proses pembelajaran yang sedang berlangsung maupun telah dilakukan.

·   Siswa bisa mengungkapkan proses pembelajaran yang telah dilakukan apakah berlangsung dengan baik atau tidak.

·        Siswa akan mendapat kepuasan karena bisa mendapatkan sistem belajar yang mereka minati.

·        Menjadi ruang ekspresi positif terhadap guru mengenai proses belajar mengajar bagi siswa.

Contoh Refleksi Pembelajaran

Berikut ini merupakan bentuk atau contoh refleksi pembelajaran yang bisa dilakukan di kelas, yaitu: 

Refleksi Materi Pembelajaran

    Salah satu contoh dari refleksi pembelajaran yang paling umum adalah untuk mengulas kembali materi belajar yang telah dipelajari sebelumnya. Kegiatan ini biasanya dilakukan secara mandiri dengan membaca dari awal semua catatan yang berkaitan setelah itu memahami sekaligus mencatat poin-poin penting.

Setelah selesai mencatat baru bisa dilanjutkan dengan menjelaskan sendiri tanpa melihat buku di depan kaca atau orang lain untuk membantu menyimak. Cara ini dinilai mampu membuat siswa untuk tidak hanya sekedar menghafal, melainkan memahami dan bisa menjelaskan materi.

Refleksi Manfaat Dari Yang Sudah Dipelajari

    Hal yang tidak kalah penting dalam bidang pelajaran selain kepandaian adalah membentuk karakter siswa. Penting sekali untuk melakukan refleksi pembelajaran dari segi manfaat usai mempelajari suatu materi yang didapatkan oleh siswa. hal ini secara tidak langsung mengajari siswa untuk berpikir kritis, out of the box, dan menciptakan pola pikir yang berkualitas..

Banyak anak tumbuh pintar namun hanya mampu mengerjakan soal-soal atau materi yang mirip dengan apa yang telah diajari saja. Ketika diberikan sedikit modifikasi, maka cenderung mereka akan bingung bahkan tidak bisa menyelesaikan.



Komentar

Postingan populer dari blog ini

GURU SEBAGAI KOMUNIKATOR DAN FASILITATOR

 Rabu, Kata "fasilitator" berasal dari bahasa Inggris dan diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Istilah “fasilitator” menyiratkan bahwa guru juga harus berperan dalam kapasitas ini. Di hadapan siswanya, guru berkembang menjadi jembatan yang kuat. Guru lebih banyak melakukan pembelajaran berbagi, atau apa yang disebut sebagai belajar bersama, dalam peran ini. Ketika seorang guru mengajarkan dasar-dasar suatu mata pelajaran, dia tidak akan mendalami pelajarannya; sebaliknya, dia hanya akan menanyakan informasi kepada murid-muridnya yang dia yakin sudah mereka ketahui. Basis data pengetahuan ini akan bersatu membentuk kumpulan pengetahuan yang luar biasa. Tanggung jawab guru, tugas dan wewenang guru, teknik komunikasi, teknik fasilitator serta Apa yang di maksud guru  sebagai fasilitator. Adapun penjabaranya sebagai berikut. A.   Tanggung Jawab Guru Diantara  tanggung jawab guru adalah menciptakan suasana atau iklim proses pembelajaran yang dapat memotivasi siswa untuk senant

PENGEMBANGAN POTENSI PESERTA DIDIK

  Rabu, Pengertian Potensi     Potensi adalah kemampuan yang masih terkandung dalam diri peserta didik yang diperoleh secara herediter (pembawaan). Menurut Syaodih (2007:159) kecakapan potensial merupakan kecakapan-kecakapan yang masih tersembunyi, masih kuncup belum terwujudkan, dan merupakan kecakapan yang dibawa dari kelahiran. Dengan demikian potensi merupakan modal dan sekaligus batas-batas bagi perkembangan kecakapan nyata atau hasil belajar. Peserta didik yang memiliki potensi yang tinggi memungkinkan memiliki prestasi yang tinggi pula, tapi tidak mungkin prestasinya melebihi potensinya. Melalui proses belajar atau pengaruh lingkungan, maka potensi dapat diwujudkan dalam bentuk prestasi hasil belajar atau kecakapan nyata dalam berbagai aspek kehidupan dan perilaku. Oleh karena potensi merupakan kecakapan yang masih tersembunyi atau yang masih terkandung dalam diri peserta didik, maka guru sebaiknya memiliki kemauan dan kemampuan mengidentifikasi potensi yang dimiliki peserta did

TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI UNTUK PEMBELAJARAN

Selasa,  Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) untuk Pembelajaran dan Pengembangan Diri Teknologi informasi dan komunikasi (TIK) mencangkup dua hal yaitu teknologi informasi dan teknologi komunikasi. Seperti yang sudah kita bahas di atas, teknologi informasi secara umum yaitu penggunaan sistem perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (software) dengan menggabungkan komputer dengan jalur komunikasi untuk mengelola dan menyampaikan informasi. Sedangkan teknologi komunikasi adalah suatu hardware atau perangkat keras dalam sebuah struktur yang digunakan untuk pertukaran informasi, tanda, dan data. Teknologi informasi dan komunikasi atau sering disebut dengan kata TIK merupakan segala kegiatan yang berkaitan dengan pemrosesan, pengelolaan, dan penyampaian atau pemindahan informasi antar media. Adapun pengertian teknologi informasi dan komunikasi menurut para ahli yaitu : Menurut Susanto, teknologi informasi dan komunikasi atau TIK adalah sebuah media atau alat bantu yang digunakan